Curug Nangka , Curug Daun dan Curug Kawung

Bogor, selain wisata belanja banyak sekali menyimpan tempat wisata yang indah. Dua hari yang lalu aku sempat browsing tempat wisata di Bogor dan aku menemukan banyak sekali curug atau air terjun di kota ini. Wah air terjun, pasti bersih nih udara dan airnya.
Kuputuskan untuk long weekend ini aku pergi ke Curug Nangka di Ciapus. Aku menggunakan angkot sebagai transportasinya. Dimulai dari Cibinong menuju Warung Jambu naik angkot 08 jurusan Citereup – Bogor dengan biaya Rp 3.000,- . Lanjut ke BTM menggunakan angkot 08 jurusan Ramayana – Warung Jambu dengan biaya Rp 3.000,-. Setelah itu lanjut naik angkot Jurusan Ramayana – Ciapus turun di pertigaan depan The Highland Park Hotel and Resort dengan biaya Rp 5.000,-. O iya, saat naik jangan lupa untuk menanyakan ke sopir angkotnya apakah lewat Curug Nangka atau tidak. Eit, jangan dipikir ini udah sampai ya. Setelah turun, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki atau naik ojek. Kalau naik ojek biayanya RP 10.000,- , tukang ojeknya akan mengantarkan kita sampai ke parkiran. Tiket masuk ke curug ini sebesar Rp 7.500,-
Setelah melewati pintu gerbang, kita akan menemukan hamparan pohon pinus di kanan kiri jalan. Setelah itu tempat parkiran sepeda motor dan beberapa warung-warung makan.
Perjalanan masih panjang ya hehehe.. Pertama kali kita lewati jembatan kayu. Ikuti saja jalan setapak yang sudah ada. Tapi hati-hati , kalau ingin ke curug Nangka pilih belokan ke kanan dan ikuti jalan sungai yang ada. Kalau tidak, kita akan terbawa ke Curug Kawung yang berada di atasnya.
Untuk mencapai curug Nangka, kita harus melewati alur sungai yang ada. Awalnya aku ingin melewati alur sungai tersebut, namun sayang agak sedikit mendung jadi aku putuskan untuk melihat Curug Nangka dari atas saja. Lumayan lah dapat juga foto curugnya.

Perjalanan dilanjutkan ke Curug Daun. Ini awalnya sempat aku binggung, kenapa dinamakan curug Daun ya. Udah gitu ga tinggi-tinggi amat hehehe..
Yuk lanjut lagi ke Curug Kawung. Sepanjang jalan banyak aku temui riak air yang indah, sayang untuk dilewatkan untuk di foto. Jeprat jepret sana sini sambil belajar menggunakan settingan manual di Kamera Nikonku. Akibatnya aku terlalu lama di jalan. Namun semua aku nikmati, toh jalan-jalan ini kan memang tujuan utamanya belajar foto air terjun hehehe. Memilih menggunakan beberapa settingan aperture dan shutter speed yang terkadang menghasilkan foto yang gelap sekali, kadang fotonya terang sekali dan lain-lain. Asyik lah, sambil jalan-jalan bisa belajar foto segala. Walaupun hasilnya masih belum bagus juga, maklum masih amatiran.
Akhirnya aku sampai juga di curug Kawung. Hanya satu kata yang terucap, indah sekali ciptaan Tuhan ini. Indah banget air terjunnya. Yak, latihan memotret air terjun mulai dilakukan. Mulai dari ambil posisi dekat, jauh, samping kiri maupun samping kanan. Berbagai settingan dilakukan, dari menaikkan shutter speed, menurunkan shutter speed, menaikkan aperture hingga menurunkan aperture. Seru juga ternyata liburan sambil belajar memotret. Menikmati dinginnya air dan melihat beberapa orang yang sedang berbasah-basahan di bawah air terjun ternyata nikmat juga.
Perhatianku mulai beralih ke dua orang nenek yang berjualan makanan di curug itu. Jujur saja, untuk menuju ke curug itu jalannya jauh dan agak sedikit menanjak, entah bagaimanan caranya dua nenek tersebut bisa sampai ke curug itu. Tak tampak sedikitpun kelelahan di wajahnya. Dua nenek tersebut mengingatkanku pada nenekku yang baru saja meninggal. Bagaimana tidak, nenekku dulu juga seorang pekerja keras. Entah kenapa aku tidak bisa menolak kata hatiku untuk membeli dagangan nenek itu. Kuhampiri nenek itu dan bertanya berapa harga dari gorengan dan nasi kuning tersebut. Tak sepatah katapun yang bisa aku pahami dari ucapan nenek itu. Ingin rasanya kutanyakan umurnya dan kenapa beliau masih berjualan. Namun aku tidak bisa berkata-kata lagi, nenek itu hanya bisa berkata dalam bahasa Sunda. Aku sendiri tak paham dengan bahasa Sunda. Akhirnya hanya memperhatikan tingkah laku nenek tersebut. Ya aku membeli nasi kuning dan gorengan tersebut. Karena aku hanya ingin membantu nenek tersebut. Mungkin bagiku kecil, namun bagi nenek tersebut pasti berguna sekali.
Saat asyik-asyiknya melihat nenek tua renta itu, tiba-tiba seorang ibu mendatangiku dan meminta tolong untuk memotret dirinya bersama suaminya di bawah air terjun. Aku potretlah mereka dengan kamera ponselnya. Setelah mereka puas dengan hasil jepretanku, aku pamit untuk turun.
Di perjalanan turun ke bawah, aku bertemu dengan sebuah rombongan, salah satu diantara mereka menanyakan jarak ke curug Kawung. Aku bilang si tinggal dikit lagi. Sambil berkata airnya tidak terlalu banyak, jadi agak ga baguslah buat motret. O iya di sini pula aku menemukan tanda penghormatan. Entahlah kenapa tanda itu bisa ada di sini.
Ketika sampai dibawah, aku lihat pengunjung semakin banyak. Ada yang mendirikan tenda, ada yang sekedar ngobrol, ada yang sedang makan jagung dan masih banyak lagi aktifitas lainnya.
Aku putuskan jalan kaki menuju pertigaan tempat aku menunggu angkutan. Ya ternyata ga jauh-jauh amat tuh jalan kaki. Enak, bisa ambil foto diberbagai tempat sambil menikmati keindahan dan segarnya udara.
Perjalanan kali ini memberiku banyak pelajaran, selain pelajaran memotret, aku mendapatkan pelajaran bahwa sesuatu yang indah akan kita dapatkan dengan perjalanan yang menanjak dan berliku. Seindah-indahnya negeri orang, ternyata negeri Indonesia sangat indah sekali. Seorang nenek yang sudah tua renta pun masih sigap dalam meniti jalan ke puncak, rela menempuh perjalanan itu untuk sesuap nasi.
Tuhan, terimakasih atas semua perjalanan indah ini. Perjalanan yang akan selalu aku kenang setiap detik langkahku.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes